Jumat, 15 April 2011

Anak Berbakat

Pengertian Anak Berbakat

Pada Seminar Nasional “Alternatif Program Pendidikan Bagi Anak Berbakat” bullan November 1981 dan kemudian juga pada “Seminar Workshop on Program Alternatives for the Gifted and Talented” bulan April 1982 di Jakarta terlah dirumuskan bahwa “yang di maksud dengan anak berbakat ialah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”.
Dengan mengetahui segala kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh anak yang berbakat, nyatalah bahwa kita harus membedakan antara anak berbakat yang sudah berhasil mewujudkan potensialnya dalam prestasi yang unggul ( misalnya prestasi sekolah yang menonjol atau pernah menjadi juara sayembara mengarang atau lomba karya ilmiah ) dan mereka yang potensial berbakat tetapi karena sebab-sebab tetentu belum berhasil mewujudkan potensi mereka yang unggul. Di dalam kelas mereka mungkin hanya berprestasi rata-rata, sedangkan sebetulnya mereka dapat mencapai lebih dari itu. Adapun sebab-sebab mengapa seseorang tidak dapat mewujudkan bakat-bakatnya secara optimal, dengan perkataan lain prestasinya di bawah potensinya, dapat terletak pada anak itu sendiri. Misalnya anak itu tidak atau kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempuyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri dna berprestasi.

Sebab mengapa seseorang tidak dapat mewujudkan bakatnya, dapat terletak pada lingkungannya, misalnya orang tuannya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dannsarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominya cukup tetapi kurang perhatian terhadap pendidikan anak. Biasanya sebab-sebab mengapa seseorang anak menjadi tidak berprestasi sesuai dengan potensinya ( underachiever ) merupakan interaksi antar faktor pribadi anak dan faktor lingkungannya.
Sekali lagi perlu ditekankan bahwa anak mempunyai bakat-bakat tertentu, hanya berbeda dalam jenis dan derajatnya. Yang dimaksud dengan anak berbakat ialah mereka yang mempunyai bakat-bakat dalam derajat yang tinggi dan bakat-bakat yang unggul. Ada anak yang berbakat intelektual umum, biasanya mereka mempunyai taraf intelegensi yang tinggi dan menunjukkan prestasi sekolah yang menonjol. Ada pula yang mempuanyai bakat akademis khusus misalnya dalam matematika atau dalam bahasa, sedangkan dalam pelajaran lain belum tentu menonjol. Ada anak yang intelegensinya mungkin tidak terlalu tinggi tetepi unggul dalam kemampuan berpikir kreatif-produktif. Ada pula anak yang bakatnya dalam bidang olah raga, atau dalam salah satu bidang seni seperti melukis atau musik. Ada anak yang di sekolah tidak termasuk siswa yang pandai, tetapi ia menonjol dalam teman-temannya atau oleh guru selalu dipilih menjadi pemimpin, bakat mereka terletak dalam bidnag psikososial.
Jelaslah bahwa keberbakatan dapat meliputi macam-macam bidang, dapat bersifat umum atau bersifat khusus. Berbakat atau gifted dapat berarti : memiliki kemapuan intelektual umum atau bakat-bakat khusus dalam derajat yang tinggi.
Beberapa ahli cenderung membedakan antara gifted sebagai memiliki bakat intelektual ( umum atau khusus ) dan talent sebagai bakat khusus yang sifatnya non-intelektual, misalnya dalam musik atau melukis.


Karakteristiknya
Salah satu ciri anak berbakat dalam pandangan Paul E. Vemon adalah dorongan rasa ingin tahu secara intelektual ( intellectual curiosity ) yang cukup tinggi pada anak. Tak heran orang tua kewalahan memiliki anak berbakat dengan kekayaan keingintahuan yang besar ini.
Anak berbakat juga mempunyai daya abstrak dan pelanaran besar. Mereka mudah menangkap penjelasan materi sulit dan mempu merangkai fakta, sehingga terbentuk pola hubungan sebab akibat maupun logika berpikir lainnya.
Anak berbakat juga memiliki minat luas, kemampuan dan kesiapan belajar tinggi, konsentrasi dan ketekunan besar dengan sifat tidak mudah putus asa dalam mencari pemecahan masalah.
Anak berbakat perlu dibiasakan berproses kreatif supaya betul-betul menghasilkan produk kreatif secara nyata. Menurut Walas, proses kreatif itu mempunyai 4 tahap yaitu persiapan, inkubasi, ilumasi dan verifikasi. Berikut penjelasan tahap-tahap tersebut : tahap pertama yaitu persiapan, ketika individu mengumpulkan informasi atau data memecahkan suatu problem. Tahap kedua adalah masa inkubasi atau pengeraman, problem tersebut “dierami” di alam prasadar dan seakan-akan melupakan. Tahap ini berlangsung lama dan bisa berlangsung lama dan bisa sebentar sampai timbul inspirasi atau gagasan untuk problem solvingnya. Biasanya pada tahap ini muncul ungkapan seperti : “Aha !, Oh Iya “ dan sepadannya. Sementara pada tahap verifikasi gagasan yang muncul dievaluasi secara kritis dan dihadapkan pada realitas.
Selain itu, ciri-ciri dari pribadi kreatif dapat dibedakan ke dalam ciri kognitif dan non-kognitif. Termasuk ciri kognitif ini adalah empat berpikir kreatif yaitu orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi. Sedangkan yang termasuk ciri non-kognitif yaitu motivasi, sikap, dan kepribadian kreatif. Keduanya sama penting, karena tanpa di tunjang oleh keribadian yang sesuai, kreativitas seseorang tidak dapat berkembang secara wajar begitu juga sebaliknya.
Meskipun demikian, mengenai bakat tidaklah mudah. Bukan saja karena ia bersifat abstrak melainkan juga membutuhkan pengamatan secara intensif. Karena itulah perlu perhatian dari orang tua sejak dini, di antaranya dengan mengetahui ciri-cirinya anak yang berbakat dan kreatif.
Pada saat yang sama marilah kita melihat hasil seminar nasional “Alternatif Program Pendidikan Anak Berbakat “ yang dilaksanakan tanggal,12-14 November1981 di Jakarta. Identifikasi anak berbakat tersebut meliputi ciri-ciri fisik, mental-intelektual, emosional dan ciri-ciri sosial.


1. Ciri-ciri fisik, antara lain :
- Sehat dan perkembangan psikomotorik lebih cepat dari rata-rata, dalam kemampuan koordinasi.


2. Ciri-ciri mental-intelektual, antara lain :
- Usia mental lebih tinggi daripada rata-rata anak normal. Daya tangkap dan pemahaman lebih cepat dan luas.
- Dapat berbicara lebih dini.
- Hasrat ingin tahu lebih besar, selalu ingin mencari jawaban.
- Kreatif.
- Mandiri dalam bekerja dan belajar.
- Mempunyai cara belajar yang khas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar